Berita dan Informasi

Pengajian Rutin Bulanan Asatidz Muallimin “Menjadi Guru Yang Berjiwa Guru”

Untuk membangun ukhuwah islamiyah antar sesama asatidz dan meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT, Pondok Pesantren Tahfizul Al-Quran Muallimin Muhammadiyah Sawah Dangka rutin melaksanakan pengajian bulanan. Kali ini diadakan di Surau Yusuf Nurman Komplek Menara Al-qur’an Kampus 4 Parit Putus, Rabu (5/6/2024). Dengan mengambil tema “Menjadi Guru Yang Berjiwa Guru” bersama Buya Dr. Syaiful Amin, M. Ag.

Buya Syaiful Amin mengawali kajian dengan membacakan Surat Al-mujadalah, ayat ke 11. Ayat ini berbicara tentang majelis ilmu dan orang-orang yang beriman kepada Allah swt. Buya Syaiful Amin menyampaikan bahwa terdapat 3 hal yang dapat kita ambil pembelajaran dari ayat tersebut sebagai seorang guru atau pendidik.

Pertama, Para mufassir menjelaskan bahwa ayat ini turun ketika nabi mengadakan majlis ilmu, tiba-tiba beberapa sahabat datang terlambat sehingga tidak dapat tempat duduk, nabi berkata kasih tempat bagi yang telat, dan para sahabat duduk bersama dengan aman. Para mufassir menjelaskan dalam ayat ini bahwa dalam satu majelis ilmu (lembaga pendidikan), proses pembelajarannya harus aman, nyaman, dan kondusif. Bilamana sebuah lembaga pendidikan memenuhi kondusifitas maka akan memenuhi tujuan pembelajaran. Kondusifitas dalam sebuah lembaga pendidikan harus bisa dilakukan secara kolabiratif antar lini. Terutama para guru, tenaga pendidik, pengasuh agar kondusifitas tercapai pada proses pembelajaran.

Yang kedua untuk terciptanya kondusifitas pada proses pembelajaran maka membutuhkan orang-orang yang rela mewakafkan harta dan diri untuk lembaga pendidikan. Jaminan dan janji Allah, Orang beriman dan berilmu Allah tinggikan derajatnya beberapa derajat. Tugas sebagai guru dan tenaga pengajar di lembaga pendidikan sangatlah mulia karena kita bertugas menyampaikan ilmu kepada anak didik yang akan ditinggikan derajat. Kita menyeberangkan para santri sehingga menjadi orang yg ditinggikan derajatnya. Kita merupakan agen pendidikan yang menyalurkan santri-santri kita. Guru adalah profesi yang berbeda dari profesi yang lain, guru masuk kedalam jiwa dan pikiran anak didik mereka, tidak seperti profesi lainnya.

    Yang terakhir dan paling penting Bagaimana kita bisa menjadi guru yang bisa masuk kedalam hati dan pikiran santri kita?. Buya Syaiful Amin Mengutip kalimat dari Kh. Abdullah Syukri, “Materi ajar itu penting tetapi metode mengajar itu jauh lebih penting, metode pembelajaran itu penting tetapi guru jauh lebih penting, guru itu penting tetapi jiwa guru itu jauh lebih penting.”

    Guru yang sekedar guru tidak akan mampu masuk kedalam jiwa santri-santrinya. Bagaimanakah bisa mempunyai jiwa guru? Buya Sayaiful mengutip kalimat dari Imam Algazali, “Semua kita akan binasa kecuali orang berilmu, orang berilmu juga akan binasa kecuali orang yang mengamalkan ilmunya, tapi ingat semua orang yang mengamalkan ilmunya juga akan binasa kecuali orang-orang yang ikhlas.” Yang lahir dari hati lah yang juga akan sampai kehati, jika kata keluar dari mulut saja maka hanya akan sampai ketelinga. Keikhlasan dan tulus seorang gurulah yang membuat seorang guru dikenang oleh santri-santrinya.

    Jika ingin menjadi guru yang dikenang bukan guru yang dilupakan, maka jadilah guru yang punya jiwa guru. Metode dan materi tidak cukup, kita harus mencintai profesi dan murid kita dengan keikhlasan.[nesi sabti]

    Post A Comment

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

    Berita terbaru

    Gallery

    Tag

    Subscribe