Berita dan Informasi

BENCANA DALAM PERSFEKTIF ISLAM

Tiada suatu bencanapun yang terjadi di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam Kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum kami mencipta kannya. Sesungguhnya yang demi kian itu adalah mudah bagi Allah. QS. Al-Hadid:22. 

Indonesia seakan tidak pernah sepi dari berbagai cobaan, sebutlah dalam bentuk bencana alam seperti: gempa bumi, banjir, kabut asap, tanah longsor, gunung meletus, angin puting beliung, bahorok atau sejenisnya, masing-masing dengan kadar yang beragam dan aneka akibat yang ditimbulkannya. Demikian pula tragedi kemanusiaan terjadi, seperti pembu nuhan, pembakaran, penembakkan dan kerusuhan, yang hampir setiap hari kita baca atau saksikan lewat berbagai media.

Bila kita mencermati fenomena bencana tersebut dari kacamata Islam, sepanjang yang kita baca dalam al-Qur’an dan hadits secara garis besar setidaknya ada empat tujuan dan hikmah Allah menimpa kannya:

Pertama, bencana sebagai sunatullah,

Artinya aneka bencana tersebut sesuatu yang memang harus terjadi sebagai satu ketetapan dari Allah, yang mau tidak mau harus diterima dalam kehidupan di dunia ini. biasanya hal itu terjadi tanpa diketahui waktu, tempat, jenis, kadar dan ruang lingkupnya, sebagaimana disebut kan Allah dalam firman-Nya dalam surat Ali Imran 186;

Artinya: “ Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. dan (juga) kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberi Kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang memperse kutukan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati. jika kamu bersabar dan bertakwa, Maka Sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diuta makan “.

Ayat lain disebutkan;

Artinya: “ Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kela paran, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan“. QS. al-Baqarah: 155.

Bila menyadari bahwa bencana adalah sesuatu yang harus terjadi, Insya Allah kita akan terbantu untuk mensi kapinya dengan sabar, dan lebih melihat sisi positif atau hikmahnya. Dalam kata lain, karena hal itu merupakan bagian dari kehidupan, mari dinikmati saja, semoga selain bagian tambahan pahala untuk kita, juga dengan itu kita akan dijanjikan petunjuk oleh Allah, sebagai mana tersebut diayat ke 157 surat al-Baqarah.

Kedua, sebagai ujian.

Hal itu dimaksudkan untuk meningkatkan keimanan dan kadar keislaman itu sendiri dari yang ada manakala yang bersangkutan sabar, sebagaimana firman-Nya; QS. al-Ankabut: 2, 3.

Artinya:“ Dan Sesungguhnya kami Telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, Maka Sesung guhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan Sesungguh nya dia mengetahui orang-orang yang dusta.Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiar kan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?.

Ketiga, bencana untuk penghapus dosa.

Tentu saja manakala yang sedang ditimpa cobaan dimaksud sabar menerimanya, sebagaimana Rasulullah saw ingatkan dengan sabda beliau;

Artinya:Tidak ada seorang muslim yang ditimpa musibah, hingga ditusuk duri sekalipun (asal ia bersabar) dengan itu Allah akan mengha puskan dosa-dosanya “

Keempat, bencana sebagai peringatan,

Hal itu dimaksudkan agar manusia yang mendapat cobaan tersebut kembali kejalan Allah dari kesalahannya sebelum terlanjur jauh dari ketetapan syari’at, sebagaimana firman Allah QS. as-Sajadah: 21

Artinya:“…dan Sesungguhnya Kami mera sakan kepada mereka sebahagian azab yang dekat (di dunia) sebelum azab yang lebih besar (di akhirat), Mudah-mudahan mereka kembali (ke jalan yang benar) “.

Dalam hal ini kita diingatkan dengan riwayat dimana suatu hari kuku kaki khalifah Umar bin Khatab terkelupas karena tersandung batu. Karena sakit awalnya Umar bin Khatab sempat meneteskan air mata, namun tidak lama setelah itu iapun justru tersenyum. Rupanya ada yang melihat keadaan Umar dari kejauhan, maka iapun bertanya, kenapa semula anda menangis dan setelah itu tersenyum, Umar menjawab; saya menangis karena tidak tahan sakit, dan saya tersenyum karena bersyukur kepada Allah, dengan kejadian ini berarti Allah masih sangat sayang, dengan mengingatkan saya dari kekeli ruan saya.

Kelima, karena tidak tegaknya amar makruf nahi mungkar.

Musibah itu bisa juga terjadi ketika orang tahu dengan kemungkaran yang terjadi, tapi dia diam tanpa ada upaya yang dilakukannya untuk mencegah kemungkaran tersebut. Dalam hal itu kita diingatkan dengan firman Allah QS. Al-Maidah 78,79.

Orang-orang yahudi itu memperlihatkan tindakan-tindakan maksiat dan mereka dian bahkan menyetujuinya. Sebagian dari mereka tidak melarang sebagian yang lain dari perbuatan kemungkaran apa pun yang mereka perbuat. Ini termasuk tindakan-tindakan buruk mereka. Dan dengan itu, mereka pantas jauh dari rahmat Allah.

Keenam bencana sebagai azab.

Bila berbagai peringatan, teguran, dengan berbagai cobaan yang diterima sebelumnya tidak mempan menyadarkan mereka yang dicobai, maka akhirkan Allah menurunkan azab yang kadarnya tentu jauh lebih besar, sebagaimana firman-Nya QS. As-Syura ayat 30-31, berikut;

Artinya:Dan apa saja musibah yang menimpa kamu Maka adalah disebabkan oleh perbuatan tangan mu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan- kesalahanmu). dan kamu tidak dapat melepas kan diri (dari azab Allah) di muka bumi, dan kamu tidak mempe roleh seorang pelindung dan tidak pula penolong selain Allah.”

Banyak bentuk dan jenis azab yang pernah ditimpakan Allah kepada umat terdahulu, akibat mengabaikan berbagai peringatan yang disampaikan oleh nabi dan Rasul dari umat tersebut, diantaranya seperti dijelaskan pada beberapa ayat berikut:

  • Allah pernah mendatangkan azab dalam bentuk angin kencang kepada umat Nabi Hud as (QS. Al-A’raf : 72).
  •  Allah pernah menurunkan hujan batu kepada umat Nabi Luth as (QS. Al-A’raf : 84).
  • Allah pernah mendatangkan gempa bumi dahsyat kepada umat Nabi Syu’ib as (QS. Al-A’raf : 91-92).
  • Allah juga pernah menurunkan kemarau panjang kepada umat Nabi Musa as (QS. Al-A’raf : 130)
  • Allah juga pernah menengge lamkan merela umat nabi Musa di Laut Merah (QS. Al-A’raf : 136).
  • Allah bahkan pernah pula menim pakan banjir besar kepada umat Nabi Nuh as (QS. Al-Ankabut : 14).

Sekali lagi, penyebab semua itu secara umum adalah lantaran kekafiran dan kezaliman yang mereka sendiri, dan tidak mengindahkan peringatan-peri ngatan para nabi mereka agar menyem bah Allah, dan mentaati syari’at-Nya. Semoga pengalaman pahit dari umat terdahulu tersebut menjadi pengalaman yang berharga bagi kita umat nabi Muhammad saw agar apa yang ditimpakan kepada mereka tidak ditimpa kan pula kepada anda dan kita hari ini. 

Post A Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Berita terbaru

Gallery

Tag

Subscribe