MualliminMediaCenter – Sadar akan kondisi bangsa Indonesia yang hidup dalam penjajahan bangsa asing yang sudah berlangsung tiga abad (saat itu) selama dengan segala akibat buruknya, apakah akibatnya terhadap kesejahteraan, pendidikan, kesehatan, lapangan kerja hingga kehidupan yang layak, hingga masalah sandang, pangan dan papan yang sangat jauh dari harapan. Rakyat bukan tidak berusaha untuk lepas dari penjajahan, dengan segala daya dan upaya yang bisa dilakukan, hanya upaya demi upaya yang mereka lakukan untuk bebas dari cengkraman penjajahan Belanda, Inggris dan Perancis tidak segera membuahkan hasil. Ada banyak faktor yang membuat rakyat Indonesia tidak kunjung berhasil mengusir penjajah dari Republik ini. Yang terbesar dari penghabat keberhasilan itu,
Pertama, alusista atau persenjataan yang dipergunakan penjajah untuk menekan, hingga menghabisi rakyat jauh lebih janggih dan modern, mulai dari senjata api hingga meriam, granat hingga bom, bahkan pesawat. Sementara dari pihak rakyat tidak lebih dari senapan rakitan, bahkan lebih rendah dari itu seperti dengan bermodalkan, pedang, parang, keris dan bambu runcing.
Kedua, perjuangan bangsa Indonesia saat itu masih bersifat kedaerahan, tidak terkecuali kalangan angkatan muda masih terkotak-kotak dalam berbagai organisasi pemuda yang bersifat kedaerahan. Organisasi-organisasi yang dimaksud antara lain Tri Koro Darmo (Jong Java), Jong Sumatranen Bond, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Batak, Jong Ambon, dan sebagainya. Organisasi kepemudaan tersebut yang sudah mencoba menjalin komunikasi dengan organisasi antar antar daerah dengan alat komunikasi yang ada saat itu dengan segala keterbatasannya, sementara dari pihak Belanda keberadaannya bersifat Nasional sehinga masih sangat mudah bagi Belanda mematahkan setiap perlawanan yang muncul dari rakyat,
Ketiga, tidak kalah riskan adanya diantara rakyat yang menjadi mata-mata tentara belanda atau sekutu yang hanya untuk menyelamatkan yang bersifat personal dengan segala resiko yang ditimbulkan. Akibatnya orang-orang yang dianggap berseberangan dengan kebijakan Belanda sangat mudah menemukannya yang berujung ditangkap, dipenjarakan hingga dibunuh tanpa melalui proses hukum dan pengadilan.
Dari situlah tumbul tekat untuk menyatukan organisasi-organisasi pemuda dalam satu wadah yang bersifat nasional. Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI) adalah perkumpulan dari para mahasiswa di Jakarta dan Bandung yang terbentuk sebelum Sumpah Pemuda. Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia didirikan pada tahun 1926 tepatnya pada bulan September. Organisasi inilah yang menjadi penggagas dilaksanakannya Kongres Pemuda I dan Kongres Pemuda II.
Berbagai kelompok pemuda yang mempelopori Kongres Sumpah Pemuda I dan II adalah:
- Jong Java: Salah satu organisasi pemuda yang terlibat dalam Kongres Pemuda I dan II
- Jong Sumatranen Bond: Organisasi pemuda yang terlibat dalam Kongres Pemuda I dan II
- Jong Bataksbond: Organisasi pemuda yang terlibat dalam Kongres Pemuda I dan II
- Jong Celebes: Organisasi pemuda yang terlibat dalam Kongres Pemuda I dan II
- Jong Ambon: Organisasi pemuda yang terlibat dalam Kongres Pemuda I dan II
- Jong Islamieten Bond: Organisasi pemuda yang terlibat dalam Kongres Pemuda I dan II
- Pemoeda Indonesia: Organisasi pemuda yang terlibat dalam Kongres Pemuda I dan II
- Sekar Roekoen: Organisasi pemuda yang terlibat dalam Kongres Pemuda I dan II
- Pemoeda Kaoem Betawi: Organisasi pemuda yang terlibat dalam Kongres Pemuda I dan II
- Perhimpoenan Peladjar2 Indonesia: Organisasi pemuda yang terlibat dalam Kongres Pemuda I dan II
Kongres Pemuda I dilaksanakan pada tanggal 30 April hingga 2 Mei tahun 1926. Kongres ini juga disebut sebagai Het Eerste Indonesisch Jeugd Congres atau Kerapatan Besar Pada Pemuda Indonesia. Sekali lagi disampaikan Kongres ini didorong oleh pemuda dari Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI). Pembukaan Kongres Pemuda I dilaksanakan di Gedung Vrijmetselaarsloge atau gedung Bappenas, Jakarta. Dalam kongres ini terdapat tiga pertemuan yang dilaksanakan.
KongressesiPertama dipimpin oleh Mohammad Tabrani yang membukanya dengan pidato. Pertemuan pertama ini berlangsung pada 30 April 1926. Beliau memberi pidato sebagai penyemangat pemuda bangsa untuk melepaskan diri dari kolonialisme.
Kongres Pemuda I ini dihadiri oleh wakil organisasi pemuda Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Ambon, Sekar Rukun, Jong Islamieten Bond, Studerenden Minahassers, Jong Bataks Bond, dan Pemuda Kaum Theosofi.
Sesi kedua pada 1 Mei 1926 dilaksanakan kembali dengan membahas topik berkaitan dengan kedudukan perempuan yang dihadiri oleh banyak pembicara perempuan. Kemudian keesokan harinya, dilaksanakan.
Sesi Ketiga membahas mengenai penggunaan Bahasa Melayu, yang dipimpin oleh Moh. Yamin. Para pemuda diberi tugas untuk mengembangkan bahasa daerahnya masing-masing. Dalam kongres itu juga membicarakan tentang kewajiban agama dalam pergerakan kebangsaan yang antara lain berisi anjuran akan bersikap toleran terhadap agama lain yang berbeda.
Tujuan Kongres Pemuda I antara lain:
1. Mencari jalan membina perkumpulan pemuda yang tunggal
2. Memajukan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia
3. Menguatkan hubungan antara sesama perkumpulan pemuda kebangsaan
4. Membentuk badan pusat bagi seluruh organisasi kedaerahan
5. Membangkitkan semangat kerja antar pemuda Indonesia
6. Membentuk dasar kemerdekaan Indonesia
Hasil Kongres Pemuda I
Dari rangkaian rapat yang telah dilaksanakan Kongres Pemuda I, dihasilkan beberapa keputusan penting bagi bangsa Indonesia, antara lain;
– Kemerdekaan Indonesia menjadi hal yang ideal bagi seluruh pemuda Indonesia
– Segala perserikatan pemuda harus berupaya menuju mempersatukan diri dalam satu Perkumpulan.
– Cita-cita Indonesia merdeka menjadi cita-cita bagi seluruh pemuda Indonesia
– Organisasi pemuda digunakan sebagai wadah untuk mengakui dan menerima cita-cita persatuan bangsa Indonesia.
- Melaksanakan Kongres Pemuda II.
Kongres Pemuda II diselenggarakan pada 27-28 Oktober 1928 di Batavia (sekarang Jakarta). Rapat pertama membahas persatuan untuk kebangsaan, Rapat kedua membahas pendidikan anak Indonesia, Rapat ketiga membahas putusan kongres.
Hasil dari Kongres Pemuda II adalah ikrar yang dikenal sebagai Sumpah Pemuda. Sumpah Pemuda berisi tiga poin penting, yaitu: Tanah air Indonesia, Bangsa Indonesia, Bahasa Indonesia. Selain itu, Kongres Pemuda II juga memutuskan untuk menggabungkan semua organisasi kepemudaan dari berbagai daerah menjadi satu.
Berikut isi dari sumpah pemuda :
1. Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia.
2. Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.
3. Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, Bahasa Indonesia Menjaga Semangat Sumpah Pemuda di Tengah Perubahan Zaman.
Peringatan Hari Sumpah Pemuda setiap 28 Oktober merupakan momen penting dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Pada Kongres Pemuda II tahun 1928, para pemuda dari berbagai daerah bersatu untuk mengikrarkan Sumpah Pemuda. Ikrar ini menjadi simbol persatuan dan landasan bagi perjuangan kemerdekaan dan pembangunan bangsa.
Banyak kegiatan dapat dilakukan untuk memperingati Hari Sumpah Pemuda, diharapkan dapat menginspirasi pemuda berkontribusi dalam kemajuan bangsa. Peringatan ini juga menjadi momen refleksi bagi mahasiswa, yang berperan sebagai tonggak persatuan seluruh rakyat Indonesia. Partisipasi aktif pemuda dalam kegiatan ini menunjukkan komitmen mereka terhadap masa depan yang lebih baik.
Nilai-nilai persatuan dan semangat juang dari Sumpah Pemuda 1928 relevan dengan peran mahasiswa saat ini. Mahasiswa memiliki tanggung jawab menjaga persatuan dan dapat berkontribusi pada pembangunan sosial dan ekonomi melalui inovasi dan partisipasi aktif. Dengan mengintegrasikan nilai-nilai tersebut, secara tidak langsung mahasiswa pun turut mendukung tujuan Sustainable Development Goals (SDGs) seperti pengurangan kemiskinan dan pendidikan berkualitas, serta memajukan pembangunan yang inklusif.
Sebagai generasi yang hidup di era perubahan yang cepat, penting bagi kita untuk memahami dan mengadaptasi nilai-nilai Sumpah Pemuda. Semangat juang dan kolaborasi adalah kunci untuk menghadapi berbagai tantangan di masa depan. Melalui upaya bersama dan komitmen yang kuat, kita dapat menciptakan masa depan yang lebih baik bagi Indonesia, selaras dengan cita-cita para pendahulu yang telah berjuang demi kemerdekaan dan keutuhan bangsa. Mari kita wujudkan semangat Sumpah Pemuda dalam setiap langkah kita, demi kemajuan dan keberlanjutan Indonesia.
Untuk meujudkan yang demikian itu diperlukan komitmen yang kuat untuk menegakkan tiga disiplin utama:
- Disiplin dalam beribadah, sebagai Negara yang berlandaskan pancasila dimana sila pertamanya adalah berketuhanan Yang Maha Esa, tentu saja sesuai dengan ajaran agama masing-masing.
- Disiplin dalam melaksanakan pendidikan sesuai dengan tingkatan jenjang pendidikan yang sedang dilalui, agar mengasilkan pengetahuan dan keterampilan yang menjadi targetnya dan selesai sesuai waktu
- Disiplin dalam menjalani organisasi intra dan sktra sebagai ajang mengasah kerja sama menyatukan langkah untuk ruang lingkup yang lebih luas hingga nasional.
Dirangkum dari berbagai sumber
Dituslis oleh Sulfa, SS
Wakil Mudir Ponpes Muallimin Muhammadiyah Sawah Dangka