Berita dan Informasi

MARHABAN YA RAMADHAN

Ustadz, Ustadzah, Bapak Ibu wali santri dan kaum muslimin semua tanpa terasa hari berlalu ternyata sudah akan datang pula bulan suci Ramadhan. Insya Allah tidak berapa hari lagi kita akan menunaikan ibadah puasa Ramadhan 1446 atau 2025. Ramadhan adalah bulan yang membawa sejuta berkah, sebagaimana disebutkan Rasulullah SAW ;

Artinya: Dari Salman,  katanya “  Rasulullah ﷺ  berkhutbah kepada kami di akhir bulan Sya’ban, kata beliau: hai manusia (maksudnya para sahabat) bulan yang mulia telah mengunjungimu, bulan yang penuh berkah, yang didalamnya terdapat 1) satu malam yang nilainya (beribadah padanya) lebih berharga dari seribu bulan. Allah menjadikan puasa padanya bulan itu sebagai suatu kewajiban, beribadah sunat padanya merupakan amalan sunat yang amat mulia. 2) Siapa yang mendekatkan diri dengan amal-amal sunat dimalam itu kepada Allah, pahalanya bagaikan pahala beramal wajib dibulan lain. Siapa yang beramal wajib dimalam itu, pahalanya bagaikan beramal tujuh puluh kali dibulan lainnya. Ramadhan adalah bulan kesaba ran, 3) pahala bagi orang yang sabar adalah surga. disebut juga bulan….bulan Allah menambah rezki seorang mukmin, 4) siapa yang memberi buka puasa, jadilah hal itu akan menjadi penghapus bagi dosanya, dan akan membebaskan dirinya dari api neraka. Dengan itu ia akan mendapatkan pahala puasa sebesar apa yang didapatkan oleh yang diberi buka puasa, tanpa mengurangi pahala puasa dari orang yang diberi buka puasa. Mereka berkata (kepada Rasul ﷺ) tidak semua kita punya sesuatu yang dapat diberikan kepada yang berpuasa ? kata Rasul ﷺ, Allah akan memberikan ganjaran tambahan ganjaran satu pahala ini walau hanya berupa satu butir kurma, atau seteguk air atau susu. Ramadhan sepertiga awal adalah (hari-hari yang penuh) rahmah, seperti pertengahan adalah (hari-hari yang penuh) keampunan, dan sepertiga terakhir adalah (hari-hari) pembebasan dari neraka. 5) Siapa yang meringankan bebeban para pekerjanya (selama puasa Ramadhan ini) Allah akan berikan keampunan baginya dan membe baskannya dari neraka. Perbanyak lah padanya (di bulan Ramadhan ini) empat macam ibadah, yang dua hal akan menjadikan redha Allah Tuhanmu, yakni membaca syahadat Allah dan istigfar kepada-Nya. Adapun dua lagi agar dengan nya Allah mengayakan kamu meminta surga dan berlindung kepada Allah dari neraka. Siapa yang mengenyangkan orang yang puasa (memberi buka puasa secukup nya) Allah akan memberinya minum dari telaga minuman sehingga ia tidak akan haus hingga masuk surga.[1]

Itulah alasan kita sangat berkepentingan menyambut kedatangan bulan Ramadhan dengan ucapan “ Marhaban Ramadhan “ yang artinya Selamat datang Ramadhan, yang aneka keutamaan Ramadhan yang tidak akan ditemukan di bulan-bulan lain. Begitu besar makna kehadiran Ramadhan maka jelas sangat rugi mukmin yang tidak memanfaatkan kehadiran Ramadhan untuk meraih semua itu. Untuk diketahui, bahwa tidak semua orang yang berpuasa berpeluang mendapatkan semua janji Rasulullah saw itu kecuali bagi mereka yang betul-betul mempersiapkan diri menanti dan saat pelaksanaan ibadah Ramadhan itu. Maka agar semua janji Allah atas keberkahan bulan Ramadhan tersebut tidak luput dari setiap kita yang mengharapkannya, hal-hal berikut perlu difahami dan dilakukan dengan baik:

Pertama, memperlihatkan rasa senang dan suka, sebagaimana diajarkan Rasulullah sebagaimana hadits beliau;

اَتَاكُمْ رَمَضَانَ سَيِّدُ الشُّهُوْرِ فَمَرْحَبًا بِهِ وَاَهْلًا, جَاءَ شَهْرُ الصِّيَامِ بِاْلبَرَكَاتِ فَأَكْرِمْ بِهِ مِنْ زَائِرِ هُوَاتٍ

Artinya: Telah datang kepadamu bulan Ramadhan, penghulu segala bulan, maka hendaklah kita mengucapkan selamat datang kepada nya. Telah datang bulan puasa membawa segala rupa keberkatan. Maka alangkah mulianya tamu yang datang itu. [2]

Kedua, memperbanyak berdoa agar diberi lagi kesempatan memasuki bulan Ramadhan. Sebagaimana dilakukan oleh sebagian ulama salaf dengan mengatakan;

اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِى رَجَبٍ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ

Artinya: “Ya Allah, berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban, dan sampaikanlah (umur) kami kepada bulan Ramadhan.” (HR. Ahmad).

Ketiga, memperbanyak puasa sunat dan shalat sunat dibulan sya’ban. Hal itu sebagaimana hadits berikut:

حَدَّثَنَا مُعَاذُ بْنُ فَضَالَةَ حَدَّثَنَا هِشَامٌ عَنْ يَحْيَى عَنْ أَبِي سَلَمَةَ أَنَّ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا حَدَّثَتْهُ قَالَتْ لَمْ يَكُنْ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ شَهْرًا أَكْثَرَ مِنْ شَعْبَانَ فَإِنَّهُ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ وَكَانَ يَقُولُ خُذُوا مِنْ الْعَمَلِ مَا تُطِيقُونَ فَإِنَّ اللَّهَ لَا يَمَلُّ حَتَّى تَمَلُّوا وَأَحَبُّ الصَّلَاةِ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا دُووِمَ عَلَيْهِ وَإِنْ قَلَّتْ وَكَانَ إِذَا صَلَّى صَلَاةً دَاوَمَ عَلَيْهَا .

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Mu’adz bin Fadlalah telah menceritakan kepada kami Hisyam dari Yahya dari Abu Salamah bahwa ‘Aisyah radliyallahu ‘anha menceritakan kepadanya, katanya: Rasulullah ﷺ ,shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah melaksanakan shaum lebih banyak dalam sebulan selain bulan Sya’ban, yang beliau melaksanakan shaum bulan Sya’ban seluruhnya. Beliau bersabda: “Lakukanlah amal-amal yang kalian sanggup melaksana kannya, karena Allah tidak akan berpaling (dalam memberikan pahala) sampai kalian yang lebih dahulu berpaling (dari mengerjakan amal).” Dan shalat yang paling Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam cintai adalah shalat yang dijaga kesinambungannya sekalipun sedikit. Dan bila Beliau sudah biasa melaksanakan shalat (sunah) beliau menjaga kesinambungannya. Shahih Bukhari no. 1834:

Dari hadits diatas persiapan yang dilakukan adalah:

1.  Memperbanyak puasa sunat dibulan Sya’ban, yang mungkin dimaksudkan sebagai pemanasan sebelum memasuki puncaknya puasa Ramadhan sebulan penuh.

2. Memperbanyak shalat sunat, ini juga dimaksudkan sebagai latihan sebelum menunaikan shalat tarawih selama bulan suci Ramadhan tersebut.

Keempat, Persiapan mental atau psikis.  

Kunci sukses dari segala kerja yang akan dilakukan, sangat memerlukan kesiapan psikis atau mental. Tanpa kesiapan mental sering kali apapun pekerjaan, karena dirasakan berat, akhirnya berujung kegagalan, termasuk puasa ini sendiri. Buktinya banyak orang sehat dan kuat secara fisik tapi tidak kuat melaksanakan puasa, dengan tetap makan dan minum, bahkan tidak malu melakukan makan, minum, merokok dan lainnnya ditengah orang-orang sedang berpuasa Ramadhan sekalipun. Ketahuilah bahwa kesiapan prikis itu lebih mudah didapatkan bagi orang yang mengerjakan sesuatu dengan ikhlas karena Allah semata. Artinya niat yang ikhlas dalam hal ini sangat berperan dalam mengwujudkan kelancaran menjalan kan ibadah puasa Ramadhan dan ibadah yang menyertainya yang semata-mata hanya mengharap kan rida Allah.

Kelima, Persiapan fisik atau jasmana dan kesehatan.

Puasa Ramadhan didominasi oleh amalan fisik, karena disiang hari tidak makan dan minum selama siang Ramadhan, maka kesiapan fisik dalam arti sehat dan bugar, stamina yang prima sangat diperlukan. Disatu sisi hal-hal yang bisa mengganggu kesehatan, seperti makanan dan minuman atau lainnya, yang memberikan efek negatif terhadap kesehatan kita mesti dijauhi. Dan disisi lain sesuatu yang dapat menguatkan fisik kita, seperti asupan kalori, gizi dan nutrisi, sebisanya dipenuhi dan dilakukan. Tujuan semua itu supaya ibadah Ramadhan terlaksana dengan baik tanpa gangguan yang berarti.

Keenam, Kesiapan ilmu khususnya yang terkait dengan ibadah Ramadhan itu sendiri.

Dalam hal persiapan ini sedikit merinci M. Hasbi Ash-Shiddiqie (dalam bukunya Pedoman Puasa) mengibaratkan bahwa puasa bagaikan, melangkah memasuki gapura gerbang puasa, berarti memasuki gerbang pertapaan dan latihan, karena itu sudah selayaknya sebelum melangkahkan kaki, kita menyiapkan dan menyelenggarakan perbekalan yang perlu, yaitu; Mengulang-ulang kembali pelajaran-pelajaran yang berkenaan dengan puasa, agar menjalani puasa itu dengan pengetahuan yang memadai. Jangan kita puasa tapi tidak ada yang didapat karena berpuasa, selain harus dan lapar, hal itu lantaran tanpa ilmu. Hal itu sebagaimana disebutkan Rasulullah ﷺ;

رُبَّ صَاىِٔمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الْجُوْعُ وَالْعَطَشُ

Artinya: “Berapa banyak orang berpuasa yang tidak mendapatkan apa-apa kecuali lapar dan dahaga saja.” (HR. Ibnu Majah no.1690 dan Syaikh Albani berkata, ”Hasan Shahih.”)

مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّوْرِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلّٰهِ حَاجَةٌ أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَه

Artinya: “Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan selalu mengamal kannya, maka Allah Ta’ala tidak butuh kepada puasanya.” Shahih Bukhari no. 6057.

لَيْسَ الصِّيَامُ مِنَ الأَكْلِ وَالشَّرْبِ إِنَّمَا الصِّيَامُ مِنَ اللَّغْوِ وَالَّرَفَث

Artinya: “Bukanlah puasa itu sebatas menahan diri dari makanan dan minuman, tetapi puasa adalah menjauhi perkara yang sia-sia dan kata-kata kotor.” Shahih Ibnu Khuzaimah no.1874

Definisi puasa menurut syari’ah (istilah) para pakar secara umum salah satunya berbunyi;

Menahan diri dari makan minum, jimak dan lain-lian yang telah diperintahkan kita menahan diri dari padanya sepanjang hari menurut cara yang disyari’atkan. Disertai pula yang demikian dengan menahan diri dari perkataan sia-sia, perkataan hina, perkataan yang diharamkan dan dimakruhkan, menurut syarat-syarat yang telah ditetapkan dan diwaktu yang ditentukan.[3]

Secara formal itulah ketentuan puasa yang harus dipenuhi, dan itu berarti bila hal tersebut sudah dipenuhi seseorang, maka manakala ketentuan formal sudah terpenuhi, maka puasanya sudah sah. Namun bila kita perhatikan secara seksama dan mendalam peringatan-peringatan Rasulullah ,ﷺ kita juga menemukan beberapa larangan yang harus diwaspadai, sebagai penjabaran dari pengertian “  menahan diri dari segala apasaja yang membatalkan puasa tersebut “

خَمْسُ خِصَالٍ يُفْطِرْنَ الصَّائِمُ : اَلْكَذِبُ وَاْلغِيْبَةُ وَالنَّمِيْمَةُ وَاليَمِيْنُ الْكَذِبَةُ وَالنَّظْرُ بِالشَّهْوَةِ

Artinya: lima perkara yang membatalkan orang yang berpuasa akan puasanya; berdusta, bergunjing, adu domba, sumpah palsu dan memandang dengan syahwat. [4].

Kesimpulan, dengan persiapan memasuki Ramadhan meliputi fisik, mental, ilmu dan lainnya, semua yang dijanjikan bagi yang memenuhi semua persiapan dimaksud, pelaksanaan amal Ramadhan bisa berjalan dengan baik dan maksimal, sehingga menghasilkan dampak yang baik dan maksimal juga, yang puncaknya adalah bisa mengantarkan kita menjadi hamba yang bertaqwa sebagaimana menjadi harapan semua, baik langsung atau tidak. Demikian semoga bermanfaat.

Ditulis Oleh Ustadz Sulfa, SS Wakil Mudir Bidang Kepondokan Pondok Pesantren Tahfizhul Qur’an Mu’allimin Muhammadiyah Sawah Dangka


[1] Shahih Ibnu Huzaimah no. 1780

[2] Riwayat Imam Nasai

[3] Subulus Salam, 2:206

[4] HR. Al-Azdi dan Dailami dari Anas (irsyadul ibad)

Post A Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Berita terbaru

Gallery

Tag

Subscribe