Berita dan Informasi

MENSYUKURI NIKMAT KEMERDEKAAN

MENSYUKURI NIKMAT KEMERDEKAAN

Alhamdulillah Kemerdekaan negara kita sudah berusia 80 tahun, suatu usia yang tidak bisa dikatakan muda lagi, yang kalau bagi kita manusia usia 80 tahun adalah usia sepuh. Yang idealnya semakin kritis dalam berfikir semakin matang dalam bertindak, sehingga semakin minim dalam resiko dan kesalahan. Demikian juga halnya negara dimana diusianya ke 80 tahun, idealnya negara ini semakin maju, modern dan mensejahterakan  untuk segenap rakyat. Namun kenyataan semua masih jauh dari harapan, negara kita masih tergolong negara sedang berkembang, kebijakan yang dibuat sering kontroversial dan meresahkan, kesejahteraan secara umum masih terlihat hidup tidak layak, merata, dan angka pengangguran sangat tinggi, kecuali untuk segelintir orang. Terlepas dari semua itu apapun kondisinya hari ini, secara umum tetap wajib kita syukuri secara professional dan proporsional. Namun sebelumnya agar tidak salah kita memahami makna syukur.

Menurut Imam Al-Ghazali, syukur adalah kesadaran akan nikmat Allah yang diikuti dengan rasa gembira dan penggunaan nikmat tersebut untuk taat kepada Allah. Dengan bahasa yang sederhana dapat kita katakana “ menggunakan nikmat Allah sesuai dengan yang diinginkan Allah.

Alasan kita wajib mensyukuri nikmat kemerdekaan:

Pertama,  bahwa Kemerdekaan Indonesia bukanlah hadiyah dari kolonial Jepang dan Belanda, apalagi dari Perancis dan Inggris, tapi hasil cucuran keringat, pengorbanan harta benda hingga jiwa raga, demi Indonesia merdeka, artinya kalau Allah tidak membangkitkan semangat jihad kepada para pahlawan, tentu kita masih hidup dalam penjajahan. Untuk itu kita wajib bersyukur dalam arti terima kasih kepada para pahlawan atas pengorbanan mereka dalam memerdekakan Republik Indonesia ini. Bentuk terima kasih dimaksud diantaranya adalah dengan meniru gaya hidup mereka dimasa hidupnya yang penuh kesederhanaan.

Contoh, kesederhanaan hidup pak Natsir meskipun dia sebagai perdana menteri (dari 5 September tahun 1950 sampai 26 April 1951) dan sebelumnya adalah sebagai mentri penerangan (12 Maret 1946 hingga 26 Juni 1947) tapi jas yang dipakainya sehari hari adalah jas bertambal. Beliau tidak mau membawa anak istrinya dalam perjalanan dinasnya di dalam dan keluar negeri. Bahkan tidak mau ditawari mobil pribadi dari salah seorang pengusaha, alasannya karena takut nanti akan mengekang kemandiriannya dalam bersikap kepada orang berjasa kepada dirinya.

Bung Hatta sebagai Wakil Presiden pergi menunaikan haji tidak mau dengan uang negara tapi dia pergi dengan uang pribadi. Konon dia ingin beli sepatu bally hingga harus menabung tapi sampai meninggal tetap tidak juga kesampaian.

Haji Agus Salim. Sebagai seorang pejuang kemerdekaan dan pejabat tinggi yang pernah menempati posisi penting di beberapa lembaga negara, Haji Agus Salim tidak memiliki rumah pribadi sampai akhir hayatnya. Dia adalah seorang menteri yang tinggal di rumah kontrakan, seorang anggota dewan yang sering kekurangan makan, dan seorang diplomat yang tidak bisa membayar listrik. Rumah yang dikontrak juga sering bocor jika turun hujan. Meski demikian Agus Salim tak pernah mengeluh, dia tetap menikmati hidup yang sangat sederhana dengan penuh suka cita.

Sungguh disayangkan, berbeda jauh dengan pola hidup yang dipertontonkan oleh kebanyakan para pemimpin bangsa hari ini, yang sarat dengan pola hidup konsumtif hingga cendrung pamer kekayaan ditengah kehidupan rakyat masih banyak hidup dengan susah dan jauh dari hidup layak sebagaimana mestinya.

Dalam hal ini kita diingatkan dengan hadits:

Hadits yang menyatakan, “Siapa yang tidak pandai berterima kasih kepada manusia, maka ia tidak akan pandai bersyukur kepada Allah,” diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Baihaqi. Artinya, rasa syukur kepada Allah SWT tidak akan sempurna jika seseorang tidak mampu berterima kasih kepada orang lain yang telah memberikan kebaikan. Artinya kalau mau bersyukur dalam arti berterima kasih kepada para pahlawan, adalah dengan meniru pola hidup mereka yang penuh kesederhanaan. Kita juga diingatkan dengan ungkapan Pernyataan ” Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya” “ kutipan dari Presiden pertama Indonesia, Ir. Soekarno.

Pernyataan tersebut mengandung makna bahwa sebuah bangsa akan dianggap besar dan maju apabila generasi penerusnya tidak melupakan, menghormati, dan meneladani perjuangan serta pengorbanan para pahlawan dalam memperjuangkan kemerdekaan dan kemajuan bangsa2. Kemerdekaan Indonesia pada hakikatnya bukan hanya hasil cucuran keringat, pengorbanan harta benda hingga jiwa raga semata, tapi lebih karena rahmat dari Allah, Itu disadari oleh para pejuang dan pendiri bangsa dan pembuat UUD 45 sehingga diabadikan secara tertulis, sebagaimana tertuang dalam pembukaan UUD 45 di Alinea ketiga Pembukaan UUD 1945 berbunyi: ” Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorong oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya “.

Secara logika memang tidak mungkin tentara koloni Belanda atau tentara Jepang dan lainnya yang dilengkapi dengan pasukan terlatih, dan persenjataan yang cukup dan modern seperti meriam besi, akan dapat dikalahkan oleh rakyat biasa yang hanya berbekal senapan angin, basoka bahkan hanya dengan bambu runcing dengan segala kelemahannya.

Kedua, mensyukuri rahmat Allah itu adalah dengan cara melaksanakan perintah-perintahNya sesuai dengan rukun dan syarat masing-masing, dan meninggalkan semua laranganNya hingga sampai ketingkat ketaqwaan. Bukti para pejuang menyadari bahwa kemerdekaan Indonesia adalah Rahmad Allah Tuhan Yang Maha Esa, juga dengan diabadikannya nilai-nilai ke Islaman dalam Pancasila yakni:

1. Ketuhanan Yang Maha Esa: Mengakui adanya Tuhan dan menjalankan ajaran agama serta kepercayaan masing-masing dengan baik.

2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab: Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, kesetaraan, dan saling menghormati antar sesama manusia.

3. Persatuan Indonesia: Mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa di atas kepentingan pribadi atau golongan.

4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan: Mengutamakan musyawarah dan mufakat dalam pengambilan keputusan untuk kepentingan bersama.

5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia: Kepentingan mensyukuri Rahmad Allah berupa kemerdekaan ini ditegaskan Allah dalam ayat berikut:

وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ

Artinya:  dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. QS. Ibrahim 7

Ketiga, bentuk rasa syukur atas Rahmad Kemerdekaan adalah mengisinya dengan hal-hal yang bermanfaat untuk pribadi, keluarga, bangsa dan negara sesuai dengan status social, posisi masing masing.

Kalau anda pelajar dan mahasiswa, giantlah menuntut ilmu dengan baik dan benar, agar begitu anda tamat, ilmu yang anda peroleh selain berguna bagi diri dan keluarga anda juga bermanfaat bagi bangsa dan negara.

Kalau anda sebagai pedagang, jadilah pedagang yang benar dan jujur, sehingga tidak saja anda yang diuntungkan tapi para pembeli juga merasa diuntungkan, baik secara duniawi maupun secara ukhrawi. Jangan hanya menguntungkan diri anda sendiri tapi merugikan bagi orang lain.

Kalau anda sebagai bagian penyelenggara negara, seperti birograt dan politisi, jadilah birograt dan politisi yang benar, yang lebih mementingkan bangsa dan negara dari keluarga dan golongan.

Kalau anda sebagai penegak hukum (polisi, hakim dan jasa) jadilah hakim yang adil dan bijaksana, tanpa pilih kasih dalam penegakkan hukum. Karena semua sama dimata hukum

Keempat, mensyukuri nikmat kemerdekaan dalam bentuk mengekplorasi semua sumber daya alam secara terukur dengan mempertimbangkan kerusakan lingkungan dengan segala akibatnya. Lalu mempergunakannya dengan sebebesar-besar manfaat untuk seluruh rakyat Indonesia, sebagaimana diamanahkan Pasal 33 ayat 3 UUD 1945 berbunyi, ” Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”. Pasal ini menekankan bahwa negara memiliki kekuasaan atas sumber daya alam dan wajib mengelolanya demi kesejahteraan seluruh rakyat.

Jadi bukan digunakan untuk kepentingan dan mensejahterakan segelintir orang sebagimana adanya hari ini, apalagi bagi yang kekayaan yang mereka kuras dari Indonesia dibawanya keluar negeri.

Bila semua itu dilakukan secara benar maka lima sila dalam pancasila akan terujud dan rakyat sejahtera bangsa yang maju, negara yang baldatun thayyibatun warabbun gafur ayat artinya adalah ” negeri yang baik dan Tuhan Yang Maha Pengampun“. dalam Al-Quran surat Saba’ ayat 15, dan pencanangan tahun 2045 Indonesia Emas, tidak hanya sekedar mimpi tapi betul-betul akan bisa menjadi kenyataan Insya Allah.

Demian, semoga bermanfaat

.Dirgahayu Republik Indonesia yang ke 80.

Post A Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Berita terbaru

Gallery

Tag

Subscribe