MUHASABAH DAN KEPENTINGANNYA
Seiring dengan perjalanan waktu, datanglah hari, hari berganti hari muncullah bulan, bulan berganti bulan datanglah tahun. Tanpa terasa tahun 1445 Hijriyah sudah kita tinggalkan, dan sekarang kita mulai hidup ditahun baru 1446 Hijriyah tentu saja dengan sejuta harapan. Sebelum hidup lebih jauh ditahun baru ini, sebagai seorang muslim kita perlu melakukan istrospeksi guna melakukan evaluasi untuk kedepan lebih baik, sebagaimana tuntunan Allah berikut:
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. QS. Al-Hasyar:18.
Pengertian:
Merenung, mengintrospeksi, mawas diri dan kemudian melakukan perbaikan dan meningkatkan prestasi serta perilaku semaksimal mungkin. Tuntunan Allah SWT menjadi dasar seseorang melakukan muhasabah.
Kepentingan Muhasabah.
Setidaknya ada beberapa poin penting terkait dengan kepentingan muhasabah.
Pertama, muhasabah merupakan perintah dari Allah SWT. Hal itu sesuai dengan al-Qur’an surah al-Hasyr ayat 18 sebagaimana ayat pembuka.
Karena redaksi ayatnya berupa fi’lul amri (berbentuk perintah). Itu artinya muhasabah hukumnya wajib, setiap yang wajib bila dilaksanakan mendapat pahala dan bila ditinggalkan berarti dosa, maka selalulah bermuhasabah dalam hidup.
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. QS. An-Nisak:59.
Tujuan utamanya dimana dengan muhasabah mengem balikan kejalan yang benar, setelah sebelumnya terambil jalan yang salah.
Kedua, muhasabah terhadap diri sendiri oleh diri sendiri, akan lebih baik dari pada dilakukan oleh orang lain. Karena dengan kita sendiri yang melakukan muhasabah, kita lebih jujur dengan kekurangan, kelemahan dan kesalahan kita, dan bila orang lain yang melakukan, kita cendrung tertutup, sulit menerima, bahkan cendrung membela diri. Hal ini sejalan dengan sabda Rasulullah saw;
Artinya: “Bahagialah orang yang sibuk memperhatikan aib diri sendiri ketimbang memperhati kan aib-aib orang lain.” (HR Al-Tirmidzi dan Ibn Majah)
Ketiga, muhasabah merupakan tolok ukur keimanan. Artinya, keimanan seorang hamba Allah ditentukan oleh sejauh mana dia dapat menerapkan muhasabahdalam kehidupannya. Semakin banyak muhasabah dilakukan seseorang dapat dipastikan kualitas iman dan amalnya semakin baik. Sebalinya semakin sedikit seseorang melakukan muhasabah dapat dipastikan akan semakin rendah pula kuantitas dan kualitas keimanan seseorang.
Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. QS. Al-Anfal:2
Sama halnya dengan para pekerja, bila semakin sering ia memperhatikan hasil kerjanya, semakin baik dan berkualitas pula hasil kerjanya, semakin sering para pelajar, mahasiswa dan penuntut ilmu lainnya mengulang pelajarannya akan semakin baik pula penguasaan ilmu dan keterampilannya, karena setiap kali ia menemukan kelemahan dan kekurangan langsung ia lakukan perbaikan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah berpesan kepada salah satu sahabatnya, Abu Dzar al-Ghifari, sebagaimana termaktub dalam kitab Nashaihul ‘Ibad.
يَا أَبَا ذَرٍّ، جَدِّدِ السَّفِيْنَةَ فَإِنَّ اْلبَحْرَ عَمِيْقٌ، وَخُذِ الزَّادَ كَامِلاً فَإِنَّ السَّفَرَ بَعِيْدٌ، وَخَفِّفِ اْلحِمْلَ فَإِنَّ العَقَبَةُ كَئُوْدٌ، وَأَخْلِصِ اْلعَمَلَ فَإِنَّ النَاقَدَ بَصِيْرٌ
Artinya: “Wahai Abu Dzar, perbaharuilah kapalmu karena laut itu dalam; ambilah bekal yang cukup karena perjalanannya jauh; ringankan beban bawaan karena lereng bukit sulit dilalui, dan ikhlaslah beramal karena Allah Maha Teliti.”
Keempat, muhasabah merupakan karakteristik seseorang yang bertakwa. Tidak mungkin derajat takwa dapat dicapai oleh orang yang menghindari muhasabah. Dengan menghisab diri sendiri, seseorang dapat sadar diri. Pada akhirnya, dia kian termotivasi untuk meningkatkan kualitas amalan-amalan demi mendapatkan ridha-Nya. muhasabah amalannya para nabi, sahabat dan orang-orang salafussaleh. Dalam ayat QS.Zalzalah: 7-8 Allah secara umum mengatakan;
Artinya: Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya. dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan) nya pula.
Sabdanya Rasulullah saw mengatakan;
عَنْ أبي يَعْلَى شَدَّادِ بْن أَوْسٍ عن النَّبيّ ﷺ قَالَ: الكَيِّس مَنْ دَانَ نَفْسَهُ, وَعَمِلَ لِما بَعْدَ الْموْتِ, وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَه هَواهَا, وتمَنَّى عَلَى اللَّهِ رواه التِّرْمِذيُّ وقالَ: حديثٌ حَسَنٌ, وقال الترمذي وغيره من العلماء: معني (دان نفسه): أي حاسبها
Artinya: “Orang yang beruntung adalah orang yang menghisab dirinya serta beramal untuk kehidupan setelah kematian. Sedangkan orang yang lemah adalah orang yang mengikuti hawa nafsu serta berangan-angan terhadap Allah Subhanahu Wata’ala.” Sunan Tarmizi no. 2383.
Kelima, dengan menyadari keberadaan kita di dunia terbatas, lewat muhasabah agar waktu yang tersedia termanfaatkan secarkita akan memanfaatkan yang secara optimal. Secara umum Allah mengingatkan;
Artinya: Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. QS. Al-‘Ashr: 1-3
Dalam hadits Rasulullah mengingatkan juga dengan sabdanya;
Diriwayatkan oleh sahabat Abdullah Ibnu Abbas RA bahwa Baginda Rasulullah SAW bersabda :
اِغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ وَصِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ وَغِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ وَفِرَاغَكَ قَبْلَ شُغْلِكَ وَحَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ
Artinya: Manfaatkanlah lima perkara sebelum kamu kedatangan lima perkara (demi untuk meraih keselamatan dunia akhirat). Yakni Masa mudamu sebelum datang masa tuamu. Sehatmu sebelum datang sakitmu. Masa kayamu sebelum datang faqirmu. Waktu luangmu sebelum waktu sibukmu. Masa hidupmu sebelum datang kematianmu”. Mustadrak ‘Ala Shahihain no. 7957.
Keenam, suka atau tidak jarum jam tetap berputas setiap saat seiring dengan perjalanan waktu dalam mengikuti peredaran matahari yang tidak pernah berhenti apalagi mundur. Yang bila kita lengah dari muhasabah melihat masa lalu, kita akan lupa dengan tugas dan kewajiban kita sebagai hamba Allah. Lupa dengan Allah sama artinya dengan lupa tuntunan, rambu-rambu hidup, maka semua akan sesat dijalan dan akan tertabrak apa saja, tanpa tahu halal haram, perintah dan larangan serta baik dan buruk sesuatu itu. Dari situlah awal kehanacuran kita. QS. Al-Hasyar:19
Artinya: dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. mereka Itulah orang-orang yang fasik.
Ketujuh,dengan adanya muhasabah kita menyadari bahwa hidup pasti berakhir dan kita semakin menyiapkan diri untuk menghadapi kematian sebagai etape awal menyongsong hari akhir yang abadi. Bahwa satu-satunya yang akan dibawa hanyalah pahala dari amal saleh, bukan harta dan tidak pula kedudukan, karena semua itu dalam istilah minang. Harta benda ka lapuak, makanan ka busuak tapi amal nan ka untuak isuang. Dalam hal ini kita ingat pesan Imam Syafi’i atau Imam Ali bin Ani Thalib;
من كان يومه خيرا من أمسه فهو رابح. ومن كان يومه مثل أمسه فهو مغبون. ومن كان يومه شرا من أمسه فهو ملعون
Artinya: “Barangsiapa yang harinya sekarang lebih baik daripada kemarin maka dia termasuk orang yang beruntung. Barangsiapa yang harinya sama dengan kemarin maka dia adalah orang yang merugi. Barangsiapa yang harinya sekarang lebih jelek daripada harinya kemarin maka dia terlaknat.”
Demikian tulisan ini kami sajikan buat para pembaca, terkhusus walisantri Pondok Pesantren Mu’allimin Muhammadiyah Sawah Dangka, semoga sehat semua dan semoga kita bisa menjalani hidup ditahun 1446 H ini dengan lebih baik.