Berita dan Informasi

MENYAMBUT TAHUN BARU ISLAM 1447 HIJRIYAH MOMEN UNTUK EVALUASI DIRI

Tanpa terasa, seiring dengan hari berganti pekan, pekan berganti bulan dan bulan berganti tahun, sekarang kita sudah berada ditahun baru Islam 1447 H. Umat Islam dimana saja tentu wajib tahu sejarah lahirnya tahus baru Hijriyah dan yang melatar belakanginya.

Secara umum kita tahu bahwa penetapan kalender hijriyah dilakukan pada zaman Khalifah Rasyidin kedua, Umar bin Khatab, yang menetapkan bahwa tahun pertama hijriyah adalah tahun di mana nabi Muhammad saw bermigrasi (hijrah) dari Makkah menuju Madinah. Kalender hijriyah sebagaimana kalender Masehi  juga terdiri dari 12 bulan dalam satu tahun, dengan jumlah hari berkisar 29-30 hari. Sementara itu. Sistem penanggalan Masehi yang digunakan secara umum oleh manusia di dunia mengacu kepada kalender Gregorius. Sistem kalender ini adalah penanggalan yang dibangun oleh Paus Gregorius XIII dan dikenalkan kepada dunia pada 4 dan 15 Oktober 1582.

Kalender Julian adalah kalender yang digunakan sebelum Kalender Gregorian diperkenalkan. Pada mulanya, kalender Romawi mengikuti siklus bulan sebelum mengadopsi penggunaan siklus bulan-matahari. Untuk menyamakan kalender dengan pergantian musim, maka ditambahkan bulan ke-12 setiap 2-3 tahun. Meskipun demikian, perhitungan ini tidak sepenuhnya akurat sehingga mendorong Julius Caesar untuk memperbaikinya

Perbedaan antara sistem kalender Masehi dan Hijriyah:

Meskipun kalender Masehi dan kalender Hijirah, sama-sama digunakan dalam kehidupan sehari-hari, sejatinya keduanya memiliki perbedaan yang cukup signifikan dan kentara. Perbedaan antara kalender Masehi dan kalender Hijriyah dilihat dari berbagai aspek.

1, Perhitungan Tanggal, Kalender Hijriyah didasarkan pada peredaran bulan terhadap bumi. Sedangkan, kalender Masehi, perhitungan tanggalnya berpedoman pada pergerakan matahari terhadap bumi.

2. Jumlah Hari, Jumlah hari dalam kalender Masehi dapat mencapai 31 hari dalam satu bulan. Sedangkan, kalender Hijriyah hanya mencapai 29 sampai 30 hari dalam satu bulan. Jadi jumlah hari dalam satu tahun pada kalender Hijriah kurang lebih 354-355 hari, sedangkan, kalender Masehi mencapai 365-366 hari.

3, Sejarah Penanggalan, Penanggalan pada kalender Masehi ditetapkan berdasakan kelahiran Nabi Isa AS. Sedangkan, penanggalan kalender Hijriyah didasarkan pada hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Mekkah ke Madinah.

4. Bentuk Angka Tunggal, Dalam kalender Hijriah sangat berkaitan erat dengan umat Muslim sehingga angka penanggalannya menggunakan angka atau ejaan arab, sedangkan, angka di kalender Masehi menerapkan sistem angka alfabet.

5. Penentuan Awal Hari, Dalam menentukan awal hari, kalender Masehi dimulai setelah pukul 00.00 dini hari waktu setempat. Sedangkan, pada kalender Hijriyah, perhitungan awal hari didasarkan pada terbitnya matahari sampai terbenamnya matahari, jelasnya untuk menetapkan hari besok dimulai masuknya waktu magrib.

Sampai saat ini kedua kalender Masehi dan Hijriyah secara bersamaan masih digunakan di Indoensia, dan negara-negara lain yang mayoritas umat Islam. Sementara untuk kebutuhan kantor biasaya menggunakan kalender Masehi. (red-SMANSaKu-Pak RT/disarikan dari berbagai sumber)

Sejarah Kalender Hijriyah

Melansir dari laman Alkhairat.ac.id, penanggalan hijriah terjadi karena adanya kebingungan mengenai tahun dalam surat yang selama ini hanya mencantumkan bulan.

“Surat-surat sampai kepada kami dari Amirul Mu’minin, tetapi kami bingung bagaimana menjalankannya. Kami membaca sebuah dokumen tertanggal Sya’ban, namun kami tidak tahu ini untuk tahun yang lalu atau tahun ini.” Abu Musa Al-Asy’ari kepada Amirul Mu’minin Umar bin Khattab dalam Biografi Kholifah Rasulullah.

Maslaah penanggalan muncul ketika masa Khalifah Umar bin Khattab. Kemudian, terjadilah perkumpulan untuk membahas sistem penanggalan dengan sahabat-sahabat yang bertugas di pusat pemerintahan untuk berunding mencari solusi.

Sejak awal, Nabi Muhammad SAW hijrah dari Makkah ke Madinah juga tidak ada tahun dalam penanggalannya. Termasuk ketika masa kepemimpinan Abu Bakar As-Sidiq sebagai khalifah hingga empat tahun pertama kepemimpinan Amirul Mu’minin Umar bin Khattab. Dalam pertemuan tersebut, Umar bin Khattab menyampaikan kegelisahannya mengenai sejumlah surat dan dokumen penting lainnya yang sulit dalam pencatatannya. Surat-surat gubernur pada masa itu kurang tersistem karena setiap wilayah menggunakan Kalender lokal yang tentunya berbeda dari satu wilayah dengan wilayah lainnya. Oleh sebab itu, diperlukan adanya satu penanggalan yang sama dan digunakan di setiap wilayah.

Perhitungan penanggalan kalender Islam mengalami kebingungan apakah akan menggunakan tahun kelahiran Nabi Muhammad SAW atau masa pengangkatan sebagai Rasul atau ketika awal Al-Quran turun, atau bahkan ketika kemenangan kaum muslimin dalam peperangan. Dari berbagai usulan tersebut, disepakati bahwa penentuan awal kalender Hijriyah dimulai dari peristiwa hijrah.

Oleh sebab itu, kalender dalam Islam dikenal dengan sebutan kalender Hijriyah. Peristiwa Hijrah dipilih sebagai acuan dalam penanggalan Hijriyah karena memiliki makna filosofis yang dalam. Yang mana ketika hijrah menjadi titik balik umat Islam untuk meletakkan landasan langkah-langkah ke depan. Sekaligus menjadi kunci kemenangan dan perkembangan Islam yang pesat.

Kelebihan kalender Hijriyah.

Sebagaimana ditulis oleh Ir. Basit Wahid,  Kalender Hijriyah adalah kalender umat Islam. Nama-nama bulan dan hari tidak menunjukan sifat politeistis (kepercayaan terhadap lebih dari satu Tuhan) seperti di dalam kalender Masehi. Nama-nama bulan sebelum zaman Islam adalah: Safar Awal, Safar Akhir, Rabi’Awal, Rabi’Akhir, Jumadi Awal, Jumadi Akhir, Rajab, Sya’ban, Ramadhan, Syawal, Dzulqa’dah, dan Dzulhijjah. Di dalam zaman Islam nama-nama bulan itu tidak mengalami perubahan kecuali Safar Awal diubah menjadi Muharram.

Nama-nama Hari Sebelum Islam

Hari-hari di dalam zaman sebelum Islam adalah: Awal, Ahwan, Jubar, Dubar, Mu’nis, ‘Aruba, dan Syiyar. Di dalam zaman Islam nama-nama hari mengalami perubahan total, yakni dengan nama bilangan bagi hari pertama sampai hari kelima: Ahad, Itsnain, Tsalatsa, Arba’ah, dan Khamis. Adapun hari ke 6 dan ke 7 berturut-turut bernama Jum’at dan Sabtu. Hari ke-6 dinamai Jum’at sehubungan dengan peribadatan Jum’at pada hari itu, yang disebut juga di dalam Al-Qur’an. Maka berbeda sekali dengan nama-nama bulan hari di dalam kalender Masehi yang masih mengandung unsur kemusyrikan.

Nama-nama hari di Indonesia diambilkan dari nama-nama hari kalender Hijriyah, baik bagi mereka yang menggunakan kalender Hijriyah maupun bagi mereka yang menggunakan kalender Miladiyah. Tentu dengan mengalami sedikit perubahan ejaan yang disesuaikan dengan lidah Indonesia, ialah: Ahad, Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jum’at, dan Sabtu. Meskipun rupanya ada sebagian orang yang kurang menyukainya nama-nama demikian.

Alhamdulillah, nama-nama hari tersebut yang menggambarkan pengaruh luas agama Islam di seluruh tanah air kita. Sudah merupakan fakta, kenyataan yang tidak mengalami perubahan lagi.

Hanya saja, kadang-kadang sebagian orang ada yang menyebut hari Minggu untuk hari Ahad, yang notabene diambilkan dari nama dewa Minggo. Kita umat Islam tentu saja lebih baik tetap menyebut hari Ahad, dan bukan hari Minggu.

Umat Islam wajib tahu.

Makna Nama Bulan dalam Kalender Masehi,

Januari berasal dari ‘Janus’ nama dewa pintu dan gerbang Romawi. Janus memiliki dua wajah, satu melihat ke depan dan satu lagi melihat ke belakang.

Februari berasal dari kata berbahasa Latin “Februa” yang berarti “pembersihan”. Februa juga menjadi nama sebuah festival penyucian dan penebusan dosa yang diadakan setiap tanggal 15 di bulan ini.

Maret mengambil nama dari dewa perang Romawi March atau Mars. Kalender Romawi

awalnya dimulai pada bulan Maret karena itu adalah bulan paling awal dalam setahun saat cuaca mulai hangat untuk memulai perang.

April berasal dari kata “Aperire” yang berarti membuka. Kata membuka di sini merujuk pada kuncup tanaman dan bunga yang bermekaran karena bulan April menandakan tanaman mulai mekar, kemudian ditandai sebagai awal musim semi.

Mei berasal dari nama dewi Yunani Maia, putri Atlas dan ibu dari Hermes. Dia adalah seorang pengasuh dan dewi Bumi, menjelaskan hubungannya dengan bulan penanda musim semi ini, yakni ketika bunga dan tanaman bermekaran.

Juni berasal dari nama dewi Romawi, Juno. Ia merupakan pelindung pernikahan dan kesejahteraan wanita. Sumber lain menyebutkan, Juni juga berasal dari kata Latin, “Juvenis” yang berarti anak muda.

Juli diperuntukkan menghormati Kaisar Romawi Julius Caesar (100 SM- 44 SM) setelah kematiannya. Pada tahun 46 SM, Julius Caesar membuat salah satu kontribusi terbesarnya bagi sejarah, yakni dengan bantuan Sosigenes, ia mengembangkan kalender Julian, pendahulu kalender Gregorian yang kita gunakan saat ini.

Agustus, nama bulan Agustus pun digunakan untuk menghormati kaisar Romawi pertama (dan cucu dari Julius Caesar), Augustus Caesar (63 SM- 14 M). Nama Augustus (kaisar Romawi pertama) berasal dari kata Latin “Augustus”, yang berarti terhormat, mulia, dan agung.

September berasal dari kata Latin “Septem” yang berarti tujuh, karena itu adalah bulan ketujuh dari kalender Romawi awal.

Oktober, Dalam kalender Romawi kuno, Oktober adalah nama bulan kedelapan dalam setahun. Okto berasal dari kata Latin “Octo”, artinya delapan.

November, berasal dari kata Latin “Novem”, yang berarti sembilan. November memang awalnya merupakan bulan kesembilan dalam kalender Romawi kuno.

Desember, berasal kata Latin “Decem” yang berarti sepuluh, karena ini adalah bulan kesepuluh dari kalender Romawi Kuno.

Pergantian tahun Hijriyah momen untuk melakukan evaluasi.

Pergantian tahun adalah bagian dari sunatullah dan tanda-tanda kekuasaanNya yang harus wajib disyukuri, sebagaimana firman-Nya ayat 5 surat Yunus;

Artinya: Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui.

Pergantian hari, pekan dan tahun jangan hanya dianggap sebagai sesuatu yang harus terjadi, tapi lebih dari itu. Peralihan dari sebelumnya tahun 1446 menjadi 1447 sekarang lebih mengabarkan kepada kita bahwa kesempatan hidup kita berkurang satu tahun lagi. Hal itu sekaligus memaksa kita untuk semakin bersiap diri menghadapi alam barzah atau kematian. Kesiapan dimaksud tentu bekal, sejauh mana amal-amal saleh yang sudah kita alokasikan untuk bekal hidup kita di akhirat nanti, sejalan dengan firman Allah ayat 18 surat al-Hasyar:

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Karena kita masih hidup di dunia, tentu saja evaluasi atau introspeksi diri tidak hanya urusan amal tapi juga untuk kehidupan agar sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan dan segala kewajiban terlaksana sebagaimana mestinya. Tugas kita adalah mengkolaborasikan antara keduanya. Maksudnya di dalam kehidupan bermuamalah disitu ada unsur ibadah dan dalam kegiatan beribadah disitu juga ada unsur-unsur yang sifatnya duniawi yang kita butuhkan.

Mengakhiri tulisan ini mari kita pakai prinsip hidup secara duniawi maupun ukhrawi konon yang diajarkan imam Syafii atau Ali bin Abi Thalib yakni: orang yang beruntung adalah orang yang hari ininya lebih baik dari hari kemarinnya, orang yang merugi adalah orang yang hari ininya sama saja dengan hari kemarinnya, orang yang terkutuk adalah orang yang hari ininya lebih buruk dari hari kemarin.

Selamat memasuki tahun baru Islam 1447 H, semoga panjang umur, rezki murah dan ibadah bertambah-tambah, amin ya Rabbal’alamin.

Demikian semoga bermanfaat

Wabillahit Taufiq Walhidayah

Post A Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Berita terbaru

Gallery

Tag

Subscribe