MualliminMediaCenter _ 10 November dijadikan sebagai hari Pahlawan Nasional yang diperingati setiap tahun, berdasarkan Keppres Nomor 316 Tahun 1959 yang ditandatangani oleh Presiden Soekarno. Hari Pahlawan Nasional ini merujuk pada puncak perlawanan rakyat Indonesia pada pertempuran Surabaya yang pecah pada 10 November 1945, dimana para tentara dan milisi Indonesia yang pro-kemerdekaan berperang melawan tentara Britania Raya dan Belanda yang merupakan bagian dari Revolusi Nasional Indonesia. Pertempuran ini merupakan pertempuran terbesar dan terberat dalam sejarah Revolusi Nasional Indonesia.
Mungkin ada yang bertanya dalam hati bagaimana tentang kronologis ketetapan hari Pahlawan 10 November ini, Untuk lebih jelasnya bagi kita semua berikut adalah latar belakang singkat terjadinya Pertempuran 10 November di Surabaya ini:
Latar belakang kedatangan tentara Sekutu diboncengi oleh NICA atau pemerintahan sipil Hindia Belanda di Surabaya pada 27 Oktober 1945 adalah untuk kembali menjajah Indonesia. Melucuti tentara Jepang yang sudah menyatakan menyerah kepada tentara sekutu 15 Agustus 1945 dan mengamankan para tawanan perang Sebelum Sekutu datang, Inggris dan Belanda telah menandatangani Persetujuan Bersama atau Civil Affairs Agreement.
Pasukan Inggris dan Belanda mendarat di Surabaya pada pada tanggal 25 Oktober 1945. Ia membawa 6.000 orang untuk menambah kekuatan pasukan yang sudah ada di Surabaya. Pertempuran antara pasukan sekutu Inggris dengan masyarakat Surabaya terjadi pada 27 Oktober hingga 30 Oktober 1945. Dalam baku tembak pada 30 Oktober 1945, komandan pasukan Inggris, Brigadir A. W. S. Mallaby, tewas. Akibatnya tentara sekutu mengeluarkan selebaran yang berisi tuntutan pada 9 November 1945, yaitu agar rakyat Indonesia menyerahkan diri sebelum pukul 6 sore. Jika tuntutan tidak dipenuhi, tentara Inggris dan Belanda mengancam untuk menyerbu Surabaya pada 10 November 1945.
Jelas saja rakyat Surabaya tidak mau mematuhi ultimatum tersebut dan memilih untuk bertempur. Pertempuran besar-besaran di Surabayapun terjadi yang dipimpin oleh Mayor Jenderal Eric Carden Robert Mansergh, pengganti Brigadir Jenderal Aubertin Walter Sothern (A.W.S) Mallaby berlangsung selama tiga minggu. Pertempuran ini menewaskan sekitar 20.000 warga Surabaya, sebagian besar adalah warga sipil.
Pasukan Indonesia yang dipimpin oleh Bung Tomo menyerang pos-pos pertahanan Sekutu dan berhasil merebut tempat-tempat penting. Pada 29 Oktober, terjadi gencatan senjata antara pihak Indonesia dengan pihak Inggris. Namun, bentrokan-bentrokan bersenjata masih terjadi antara masyarakat Surabaya dengan tentara Inggris.
Tokoh yang Terlibat
Pertempuran ini melibatkan banyak tokoh pahlawan yang berperan penting dalam mempertahankan Surabaya dari pasukan sekutu yang mencoba merebut kembali kendali kota ini. Inilah beberapa tokoh yang memegang peran kunci dalam Pertempuran Surabaya yang dilansir dari grid.id:
- Bung Tomo (Sutomo)
Bung Tomo, atau Sutomo, adalah seorang pahlawan nasional yang lahir pada 3 Oktober 1920 di Surabaya. Salah satu peran besar Bung Tomo dalam pertempuran 10 November 1945 di Surabaya adalah melalui pidatonya. Pidato bersejarahnya berhasil membangkitkan semangat rakyat Surabaya untuk kembali melawan penjajah.
Frasa “Merdeka atau Mati” yang ia ucapkan telah menjadi ikonik dan memotivasi pejuang sebelum pertempuran dimulai. Selain itu, Bung Tomo juga memimpin Barisan Pemberontak Rakyat Indonesia (BPRI) selama pertempuran.
- Gubernur Suryo (Raden Mas Tumenggung Ario Soerjo)
Gubernur Suryo merupakan Gubernur Jawa Timur yang memainkan peran penting dalam pencetus pertempuran Surabaya pada 10 November 1945. Dalam kapasitasnya sebagai Gubernur Jawa Timur, ia terlibat dalam komunikasi untuk meminta bantuan kepada pemimpin nasional. Akhirnya, keputusan penuh diberikan pada Gubernur Suryo untuk menghadapi pasukan sekutu. Pidatonya yang terkenal dengan sebutan ‘Komando Keramat’ memotivasi para pejuang dan rakyat Surabaya.
- Mayjen Sungkono
Ketika pertempuran sedang berlangsung, Mayjen Sungkono menjabat sebagai Komandan Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang bertanggung jawab atas pertahanan seluruh kota. Pada 9 November 1945, Mayjen Sungkono tidak hanya memberi komando melalui radio.
- KH Hasyim Asy’ari
KH Hasyim Asy’ari adalah pendiri Nahdlatul Ulama (NU) yang gigih dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Perannya dalam Pertempuran Surabaya dimulai dengan fatwa ‘Resolusi Jihad’ yang dikeluarkan pada 22 Oktober 1945. Fatwa ini memuat kewajiban berjihad untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Pidato Bung Tomo juga terinspirasi dari resolusi jihad ini yang dikeluarkan oleh KH Hasyim Asy’ari.
- Mayjen Moestopo
Mayjen Moestopo adalah salah satu tokoh yang ikut serta dalam Pertempuran Surabaya pada 10 November 1945. Sebelum pertempuran, Moestopo mengikuti pelatihan tentara Pembela Tanah Air (PETA) angkatan kedua di Bogor, Jawa Barat.
Setelah pelatihan, ia diangkat sebagai komandan kompi di Sidoarjo. Mayjen Moestopo ikut serta dalam menghadang pasukan Inggris sebelum pertempuran meletus.
- HR Mohammad Mangoendiprodjo
Mohammad Mangoendiprodjo memimpin Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dan memiliki peran penting dalam Pertempuran Surabaya. Pada 10 November, ia berperan sebagai wakil Indonesia dalam kontak biro dengan pasukan Inggris di Surabaya.
Untuk mencegah pasukan Inggris menduduki Bank Internatio, ia memasuki gedung dan berkomunikasi dengan komandan pasukan Inggris. Penembakan yang terjadi saat itu, termasuk penembakan terhadap AWS Mallaby, memicu pecahnya Pertempuran Surabaya.
- Abdul Wahab Saleh
Abdul Wahab Saleh adalah seorang fotografer dari Antara yang berhasil mengabadikan momen bersejarah perobekan bendera Belanda.
Jadi sangat darurat generasi muda melek sejarah Indonesia khususnya agar tahu apa penderitaan baik jasmani maupun rohani hingga nyawa telah mereka korbankan oleh para pahlawan dalam memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan. Tujuan utama memperingati Hari Pahlawan pada 10 November adalah untuk mengenang dan menghargai jasa para pahlawan dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Selain itu yang tidak kalah pentingnya, peringatan Hari Pahlawan juga bertujuan untuk:
- Meningkatkan rasa kecintaan dan kebanggaan sebagai bangsa Indonesia
- Menumbuhkan rasa nasionalisme, semangat persatuan, dan kesadaran sejarah
- Mengajarkan keteladanan patriotisme para pahlawan masalalu itu kepada anak-
anak bangsa yang ada sekarang bahkan yang akan datang
Demikian singkat cerita seputar pergolakan hingga ditetapkan tanggal 10 November sebagai hari pahlawan yang diperingati setiap tahun. Kalau anda pelajar, mahasiswa dan generasi muda hari ini ditanya tentang apa dengan 10 November ? barangkali tidak banyak yang tahu, karena pelajaran sejarah di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi hampir tidak ditemukan kecuali sedikit.
Hal itu karena dimana dalam struktur kurikulum Sekolah Dasar ada memang pelajaran sejarah Indonesia tapi tergabung dalam pelajaran IPS dan dimulai baru di kelas IV sebanyak 3 jam yang terdiri dari seperti keluarga, masyarakat, kegiatan manusia, dan kebudayaan daerah. dalam struktur kurikulum tingkat SLTP dan SLTA bahkan di perguruan tinggi, selain jurusan sejarah. Pada struktur kurikulum jenjang satuan pendidikan SLTP hanya ada Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dan pelajaran IPS ini gabungan dari Geografi, Sejarah, Sosiologi, Ekonomi. Sementara di tingkat satuan pendidikan tingkat SMA baru ada matapelajaran Sejarah Indonesia 2 jam pelajaran. Artinya matapelajaran Sejarah Indonesia sangat minim karena hanya ada teselip di IPS tingkat SMP, tapi tidak ada di tingkat SD kecuali hanya tingkat SMA tapi hanya Sejarah Indonesia saja tidak ada Sejarah Dunia sebagaimana ada di kurikulum sebelum-sebelumnya.
Kebodohan atau buta sejarah ini selain membuka peluang terjadinya pemutar balikkan fakta hingga pengalihan sejarah, sebagaimana ditemukan dewasa ini. Yang kurang pantas masuk dalam pelajuga sejarah, sementara yang paling pantas justru dihilangkan. Hilangnya rasa menghormati dan menghargai para pahlawan dengan segala pengorbanan yang sudah mereka lakukan.
Untuk itu kita meminta pemerintah sekarang untuk mengembalikan mata pelajaran, baik Sejarah Nasional maupun Sejarah Dunia mulai dari tingkat Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas hingga Perguruan Tinggi dengan menampilkan para pahlawan sebagaimana pernah dipentas sejarah tanpa pilih kasih. permohonan kita tersebut tentu sangat beralasan, karena mata pelajaran dewasa ini sangat jauh dari harapan, sehingga tidak berapa orang kalangan pelajar bahkan mahasiswa yang mengenal para pahlawannya masa lalu.
Demikian tulisan ini dalam rangka Peringatan Hari Pahlawan 10 November 2024 ini semoga bermanfaat,
Dirangkum dari berbagai sumber Oleh:
Ustadz Sulfa, SS
Wakil Mudir Pompes Mu’allimin Muhammadiyah Sawah Dangka.